ANALISIS
PLEONASME DALAM TULISAN NARASI SISWA MA ROHMATUL UMMAH KELAS X TAHUN AJARAN
2012/2013
Karya
Tulis Ilmiah
diajukan
untuk memenuhi persyaratan mengikuti Ulangan Kenaikan Kelas
oleh
Aida
Fitria Nur Afifah
NIS
11.12.10.009
PROGRAM
STUDI ILMU BAHASA
MADRASAH
ALIYAH NEGERI (MAN) 1 SUMEDANG
1434
H/2013 M
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt., karena berkat rahmat dan
karunia-Nya karya tulis ilmiah yang berjudul “Analisis Pleonasme dalam Karangan
Narasi Siswa MA Rohmatul Ummah Kelas X Tahun Ajaran 2012/2013” dapat penulis
selesaikan.
Dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini tidak akan selesai dengan baik tanpa bantuan
dan dukungan, baik bantuan dan dukungan secara moril maupun materil. Oleh
karena itu, rasa terima kasih, penulis sampaikan kepada:
1. Yth.
Drs. H. Ma’mun Khoer selaku kepala MAN 1 Sumedang;
2. Yth.
Drs. H. Heru Gunawan, S.H. selaku wakil kepala bid. Kurikulum;
3. Yth.
Yuyun Sriwahyuni, M.Pd. selaku pembimbing sekaligus wali kelas XI Bahasa;
4. Yth.
Kedua orang tua yang telah mendukung secara moril maupul materil;
5. Semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberi
dorongan untuk kelancaran penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ilmiah ini banyak kekurangan.
Selepas dari kekurangan itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk
kesempurnaan kedepannya.
Penulis
berharap karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya
bagi pembaca.
Sumedang,
April 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................... .... v
DAFTAR ISI .................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan
Penelitian .................................................................................................... 2
D. Manfaat
Penelitian .................................................................................................. 2
BAB II KAJIAN TEORI
A. Menulis
................................................................................................................... 4
1. Pengertian
Menulis ........................................................................................... 4
2. Tahap-tahap
Menulis ........................................................................................ 4
3. Jenis-jenis
Tulisan ............................................................................................. 5
B. Narasi
...................................................................................................................... 6
1. Pengertian
Narasi .............................................................................................. 6
2. Jenis-jenis
Narasi .............................................................................................. 7
3. Ciri-ciri
Tulisan Narasi ...................................................................................... 8
4. Tujuan
Menulis Narasi ...................................................................................... 8
5. Langkah-langkah
Menulis Karangan Narasi ..................................................... 9
C. Penyimpangan
Berbahasa ....................................................................................... 9
1. Pengertian
Penyimpangan Berbahasa ............................................................... 9
2. Jenis-jenis
Penyimpangan Berbahasa ................................................................ 9
D. Pleonasme
............................................................................................................... 10
1. Pengertian
Pleonasme ....................................................................................... 10
2. Jenis-jenis
Pleonasme ........................................................................................ 10
3. Faktor-faktor
Penyebab Pleonasme .................................................................. 11
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisis
Pleonasme ................................................................................................. 13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
............................................................................................................. 19
B. Saran
....................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam Bahasa
Indonesia ada empat kompetensi yaitu membaca, mendengarkan, berbicara dan
menulis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, membaca ialah melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati).
Mendengarkan ialah mendengar akan sesuatu dengan sungguh-sungguh, memasang
telinga baik-baik untuk mendengar, memperhatikan, berbahasa, melahirkan
pendapat, berunding atau merundingkan. Menulis ialah membuat huruf atau angka
dengan pena (pensil, kapur, dan
sebagainya), melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan.
Sedangkan
yang akan dibahas disini adalah salah satu dari empat kompetensi Bahasa
Indonesia yang telah disebutkan, yakni menulis.
Menulis
merupakan hal yang sudah biasa dilakukan oleh setiap pelajar. Menulis dipandang sebagai hal yang
sangat mudah dilakukan. Namun bagi orang yang pertama kali membuat tulisan,
akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat dan penggunaan diksi yang
tepat. Segala hambatan ini akan dapat diatasi apabila orang tersebut mau
mencoba berlatih untuk menulis.
Melihat fakta (kemampuan siswa dalam menulis masih rendah) di
lapangan masih terdapat kesenjangan antara tujuan yang diharapkan dengan apa yang terjadi.
Melihat gejala-gejala yang ada ternyata pada umumnya siswa belum dapat mencapai taraf
menulis yang baik dan benar.
Banyak faktor
yang menyebabkan hal itu terjadi, karena bahasa merupakan sarana pengungkapan
seseorang yang tidak dapat terhindar dari pengaruh masyarakat pemakainya.
Misalnya, dalam kegiatan belajar mengajar, yang seharusnya menggunakan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar, ternyata masih menunjukkan beberapa gejala
penyimpangan.
Dari sekian
banyak penyimpangan yang terjadi, ada salah satu gejala penyimpangan berbahasa
yang menarik minat penulis untuk menelitinya, yaitu gejala pleonasme dalam tulisan narasi siswa dengan
alasan apabila masalah tersebut dibiarkan tanpa ada upaya untuk mengatasinya,
maka akan menimbulkan kesalahan yang berkesinambungan.
Dalam kegiatan
berbahasa, gejala pleonasme ini sering muncul tanpa kita sadari. Jika dilihat
secara sepintas, seolah-olah tidak terjadi kesalahan, padahal bila kita
perhatikan secara saksama
akan tampak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik dalam bahasa lisan
maupun bahasa tulisan.
Berdasarkan
latar belakang di atas, penulis merasa perlu untuk mengangkat masalah tersebut
sebagai bahan penelitian dengan cara menganalisis tulisan siswa. Penelitian
tersebut penulis beri judul “Analisis
Pleonasme dalam Tulisan Narasi Siswa MA
Rohmatul Ummah Kelas X Tahun Ajaran 2012/2013”.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang
menjadi rumusan masalah karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut .
1. Bagaimanakah
kemampuan menulis narasi siswa MA Rohmatul Ummah Kelas X Tahun Ajaran 2012/2013
?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Untuk
mendeskripsikan kemampuan menulis narasi siswa MA Rohmatul Ummah Kelas X Tahun
Ajaran 2012/2013.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi
Penulis
Menambah wawasan
pengetahuan penulis tentang
upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi penyimpangan berbahasa dalam
tulisan.
2. Bagi
Para Guru
Memberikan informasi
pada guru-guru, khususnya guru Bahasa Indonesia tentang kemampuan siswanya dalam membuat
tulisan narasi.
3. Bagi
Siswa Lain
Meningkatkan
keterampilan siswa dalam berbahasa, dengan berusaha menghindari gejala
penyimpangan berbahasa, khususnya pleonasme.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Menulis
1.
Pengertian
Menulis
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian menulis ialah “membuat huruf atau angka
dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya.); melahirkan pikiran atau perasaan
dengan tulisan.
Sedangkan
Langan (1985:3) mengatakan, “di dalam tulisan, setiap ide yang dikemukakan
harus didukung oleh alasan yang cukup”. Dengan kata lain, menulis adalah
pengalihan bahasa lisan ke dalam bentuk tertulis.
Jika
dibandingkan dengan kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca, kemampuan
menulis adalah yang paling sulit. Karena dalam menulis banyak hal yang harus
dipertimbangkan seperti penggunaan EYD, keefektifan kalimat, logika kalimat dan
lain-lain. Oleh karena itu kita akan menemui berbagai kesalahan.
2.
Tahap-Tahap
Menulis
Baradja
(1975:42) menyebutkan lima tahap menulis, yakni :
a. mencontoh,
menulis sesuai contoh;
b. reproduksi,
mulai menulis tanpa ada model;
c. rekombinasi/transformasi,
mulai berlatih menggabungkan kalimat-kalimat yang pada mulanya berdiri sendiri
menjadi gabungan beberapa kalimat;
d. menulis
terpimpin, mulai berkenalan dengan penulisan alinea;
e. menulis,
mulai menulis bebas, mulai mengembangkan keterampilan menulis.
Dari
pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tahap menulis yang baik butuh
proses yang lama, dimulai dari melihat contoh tulisan hingga akhirnya dapat
mengembangkan keterampilan menulis yang baik dan benar.
3.
Jenis-Jenis
Tulisan
Machmud (1976:11-13)
menyebutkan jenis tulisan sebagai berikut.
a.
Eksposisi
Sederhana
Eksposisi
sederhana yaitu tulisan yang bertujuan untuk memaparkan, menjelaskan,
menyampaikan informasi, mengajarkan dan menerangkan sesuatu tanpa disertai
ajakan atau desakan agar pembaca menerima atau mengikutinya.
b.
Narasi
Narasi
merupakan salah satu jenis tulisan yang mengisahkan suatu kejadian atau
peristiwa berdasarkan urutan waktu. Tulisan narasi terdiri atas narasi kejadian dan narasi
runtut cerita.
c.
Laporan
Laporan
biasanya tulisan yang berisi fakta yang berhasil dikumpul dari lapangan.
Misalnya, laporan wabah penyakit yang berjangkit di suatu daerah.
d.
Deskripsi
Deskripsi
merupakan tulisan yang menggambarkan perincian-perincian mengenai objek yang
dibicarakan.
e.
Argumentasi
Argumentasi
adalah sebuah tulisan yang menjelaskan pendapat dengan berbagai keterangan dan
alasan. Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca. Selain itu, tulisan
tersebut tersebut dikembangkan dengan pola pengembangan sebab akibat. Hubungan
sebab akibat mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai
sebab yang diketahui, kemudian bergerak maju menuju suatu kesimpulan sebagai
efek atau akibat. Efek yang muncul dapat berupa efek tunggal dan efek jamak
(bersama-sama).
f.
Pesuasi
Persuasi adalah tulisan
yang berisi ajakan. Tulisan persuasi bertujuan untuk membujuk pembaca agar mau
melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh penulis. Agar pembaca menjadi
terpengaruh, maka penulis harus melampirkan bukti dan data-data pendukung.
B.
Narasi
1.
Pengertian
Narasi.
Narasi ialah salah satu
jenis pengembangan paragraf dalam sebuah tulisan yang rangkaian peristiwa dari
waktu ke waktu dijabarkan dengan urutan awal, tengah, dan akhir. (http://id.wikipedia.org/wiki/Narasi)
Narasi ialah wacana yang sifatnya bercerita, baik
bersifat pengamatan maupun bersifat rekaan. Tujuannya untuk mengimbau pembaca
agar dapat memahami atau berbuat sesuatu yang disampaikan oleh pengarang.
Dengan demikian, narasi merupakan suatu bentuk
wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak
seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu.
Sebab
itu, unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau
tindakan. Hal yang harus diingat adalah kalau hanya menempatkan aspek kejadian
atau peristiwa sebagai penanda narasi akan timbul masalah, karena deskripi juga
memiliki penanda peristiwa.
Hal
lain yang paling penting terdapat dalam narasi adalah unsur waktu. Oleh sebab
itu, dapat dirumuskan bahwa narasi mencakup perbuatan atau tindakan yang
terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi menyajikan suatu objek
secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu
rangkaian waktu.
Dari
berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan suatu
wacana yang bersifat pengamatan maupun bersifat rekaan yang di dalamnya
terdapat tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan amanat.
2.
Jenis-Jenis
Narasi
Narasi informatif adalah narasi yang
memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa
dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang.
Narasi ekspositorik adalah narasi
yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu
peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang.
Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan
data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku
diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam
kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan
eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositprik. Ketentuan ini
berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada,
tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
Narasi sugestif adalah narasi yang
berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat
terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah
melihat. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis,
berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat
objektif.
Narasi sugestif adalah narasi yang
berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat
terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah
melihat.
3. Ciri-ciri Tulisan Narasi
Menurut Gorys Keraf (2000:136) cirri-ciri narasi adalah
sebagai berikut:
a. Menonjolkan unsur perbuatan atau
tindakan.
b. Dirangkai dalam urutan waktu.
c. Berusaha menjawab pertanyaan
"apa yang terjadi?"
d. Ada konfiks (awalan dan akhiran).
Ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar
Semi (2003: 31) sebagai berikut:
a. Berupa cerita tentang peristiwa atau
pengaalaman penulis.
b. Kejadian atau peristiwa yang
disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata
imajinasi atau gabungan keduanya.
c. Berdasarkan konfiks, karena tanpa
konfiks biasanya narasi tidak menarik.
d. Memiliki nilai estetika.
e.
Menekankan susunan secara kronologis.
Dari kedua pendapat di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa ciri yang dikemukakan Keraf memiliki persamaan dengan
Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan
kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf
lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku.
4. Tujuan Menulis Narasi
Tujuan
menulis karangan narasi secara mendasar yaitu:
a. Hendak memberikan informasi atau
wawasan dan memperluas pengetahuan;
b. Memberikan pengalaman estetis kepada
pembaca.
5. Langkah-langkah menulis karangan
narasi
a. Tentukan dulu tema dan amanat yang
akan disampaikan;
b.
Tetapkan sasaran pembaca;
c. Rancang peristiwa-peristiwa utama
yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur;
d. Bagi peristiwa utama itu ke dalam
bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita;
e. Rincian peristiwa-peristiwa utama ke
dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita;
f.
Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandangan;
g.
mengerti aturan tanda bacanya dalam kalimat tersebut.
C.
Penyimpangan
Berbahasa
1.
Pengertian
Penyimpangan Berbahasa
Menurut
internet, penyimpangan berbahasa yakni “bentuk pemakaian bahasa yang tidak
sesuai dengan aturan ejaan, ketatabahasaan, atau dengan aturan efektivitas
bahasa”.
Sedangkan
menurut Duley (1982:277) penyimpangan berbahasa ialah “Komposisi yang
menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang
dewasa”.
Dari
dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penyimpangan berbahasa merupakan
penggunaan bahasa yang menyimpang dari aturan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
2.
Jenis-Jenis
Penyimpangan Berbahasa
Adapun
jenis-jenis penyimpangan berbahasa yang dapat menyebabkan salah penafsiran
diantaranya yakni.
a.
Kontaminasi
Kontaminasi
merupakan salah satu jenis penyimpangan berbahasa yang berarti pencemaran kata
yaitu penggabungan dua kata yang tidak selaras.
b.
Pleonasme
Pleonasme
ialah jenis penyimpangan berbahasa yang memperlihatkan pemakaian kata yang
berlebihan.
c.
Hiperkorek
Hiperkorek
dapat diartikan melampaui batas tepat atau benar sehingga menjadi salah. Gejala
hiperkorek umumnya bersangkut paut dengan masalah pengucapan kata dan ejaannya.
D.
Pleonasme
1.
Pengertian
Pleonasme
Gejala
bahasa pleonasme kita jumpai dalam pemakaian bahasa sehari-hari dalam berbagai
bentuk. Kata itu berasal dari bahasa latin pleonasmus
yang berarti kata yang berlebih-lebihan.. Pleonasme adalah majas yang
menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak dibutuhkan atau menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah "pemakaian kata-kata yang lebih dari apa yang
diperlukan". Maka dari itu, Pleonasme termasuk dalam kategori majas
penegasan.
2.
Jenis-jenis
Pleonasme
a. Dua
kata atau lebih yang sama maknanya dipakai sekaligus dalam suatu ungkapan.
Contohnya :”pada zaman dahulu kala”. Kata “zaman” yang dipungut dari Bahasa Arab sama maknanya dengan kata “kala”
yang berasal dari Bahasa Sanksekerta. Kata-kata itu bersinonim pula dengan kata
masa (Sanksekerta) dan waktu (Arab). Kalau kita alih ungkapkan “pada zaman
dahuku kala” dengan memakai dua kata yang sama bentuk dan maknanya, maka
ungkapan itu akan berubah menjadi “pada masa dahulu kala”. Dari pernyataan
berikut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat yang tepat adalah sebagai
berikut;
1) Pada
zaman dahulu, ….
2) Dahulu
kala, ….
b. Dalam
suatu ungkapan yang terdiri atas dua patah kata, kata kedua sebenarnya tidak
diperlukan lagi sebab maknanya sudah terkandung dalam kata yang pertama.
Contohnya :”turun ke bawah”, “naik ke atas”, “mundur ke belakang”, “maju ke
depan”,dan sebagainya. Seharusnya jika sudah menggunakan kata “turun” kita
tidak perlu menambahkan kata “ke bawah”, karena turun sudah jelas pasti ke
bawah, begitupun yang lainnya.
c. Bentuk
kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata lain yang dipakai
bersama-sama dalam ungkapan itu. Contohnya :”para tamu-tamu berdiri ketika
kedua mempelai memasuki ruangan”. Seharusnya kata “para” dengan “tamu” jangan
digunakan bersama-sama. Karena kata “para” dan “tamu-tamu” mengacu ke dalam
pengertian jamak. Makna kata yang tepat ialah;
1) Para
tamu berdiri ketika kedua mempelai memasuki ruangan.
2) Tamu-tamu
berdiri ketika kedua mempelai memasuki ruangan.
3.
Faktor-faktor
Penyebab Pleonasme
Adapun
di dalam buku sumber lain menyebutkan faktor-faktor penyebab pleonasme adalah
sebagai berikut:
a. kesalahan
tata bahasa
Penggunaan
tata bahasa yang benar sangat menentukan keefektifan sebuah kalimat
b. ketidaklogisan
kalimat
Penguasaan
kaidah bahasa belum menentukan keefektifan sebuah kalimat. Keefektifan kalimat
didukung pula oleh jalan pikiran logis.
c. ketaksaan
kalimat
Kalimat
efektif yang memiliki daya informasi yang cepat dan tepat harus terhindar dari
ketaksaan, artinya kalimat tersebut tidak memiliki makna ganda.
d. Ketidakhematan
kata
Dalam
kalimat efektif tersirat pula keefisienan. Sebuah gagasan selayaknya
menggunakan kata-kata yang benar-benar diperlukan saja.
e. kesejajaran
kalimat
Dalam
sebuah kalimat, gagasan yang sama fungsi dan kepentingannya ditempatkan dalam
fungsi gramatikal yang sama pula. Apabila dalam suatu gagasan digunakan kata
benda, kata yang menduduki fungsi yang sama pun harus dengan kata benda.
f. kerancuan
kalimat
Rancu
berarti kacau. Maksudnya, struktur yang dibangun tidak beraturan sehingga
merusak kaidah bahasa.
g. pengaruh
bahasa asing dan daerah
Setiap
bahasa memiliki struktur dan kaidahnya sendiri. Struktur bahasa yang satu tidak
dapat digunakan pada struktur bahasa lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Analisis
Pleonasme
1.
Sampel
A
Di
dalam tulisan narasi sampel A terdapat beberapa gejala pleonasme. Pada paragraf
pertama terdapat kalimat seperti berikut “Dia mempunyai seorang kekasih yang
bernama Putra, sesosok seorang putra baik dan ramah”. Pada kalimat tersebut
terdapat kata “sesosok seorang” , seharusnya jika dua kata atau lebih yang
maknanya sama, tidak boleh digunakan
sekaligus dalam suatu ungkapan. Begitupun dalam kalimat di atas,
terdapat dua kata yang bermakna sama dirangkaikan sekaligus dalam satu ungkapan
yakni “sesosok” bersinonim dengan “seorang”. Dengan demikian, kalimat tersebut
seharusnya diubah menjadi “Dia mempunyai seorang kekasih yang bernama Putra,
Putra orangnya baik dan ramah”.
Kalimat
selanjutnya yang mengandung gejala pleonasme adalah “Mereka udah menjalin hubungan
udah lumayan lama”. Dalam kalimat tersebut terdapat penggunaan kata “udah” dua
kali, yang keberadaannya mengganggu efektivitas kalimat. Seharusnya salah satu
dari kedua kata tersebut dihilangkan. Hal tersebut tergolong ke dalam pleonasme
jenis yang pertama, yakni dua kata atau lebih yang yang sama maknanya dipakai
sekaligus dalam suatu ungkapan. Dengan demikian, kalimat tersebut seharusnya
diubah menjadi “Mereka menjalin hubungan sudah lama” atau “sudah lama mereka
menjalin hubungan”.
Kalimat
selanjutnya yang mengandung gejala pleonasme adalah “mereka berdua itu
bersaudaraan, mereka sangat-sangat bingung”. Dalam kalimat tersebut terdapat
dua gejala pleonasme yakni “mereka berdua itu bersaudaraan” dan “mereka
sangat-sangat bingung”. Kata “mereka” dan “berdua” tidak boleh dirangkaikan
sekaligus karena “mereka” adalah jenis kata jamak dan “berdua” adalah penunjuk
jamak. Hal tersebut meupakan gejala pleonasme jenis ketiga yakni bentuk kata
yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata lain yang dipakai
bersama-sama dalam ugkapan itu. Adapun penggunaan kata ulang “sangat-sangat”
dalam klausa berikutnya juga mengandung gejala pleonasme karena kata “sangat”
sekalipun tidak diulang sudah menyatakan makna lebih. Gajala pleonasme tersebut
tergolong ke dalam jenis yang kesatu yakni dua kata atau lebih yang sama
maknanya dipakai sekaligus dalam suatu ungkapan. Oleh karena itu, kalimat
tersebut seharusnya diubah menjadi “Dua bersaudara itu sangat bingung”.
2.
Sampel
B
Di
dalam tulisan narasi sampel B terdapat beberapa gejala pleonasme. Pada paragraf
pertama terdapat kalimat seperti berikut “mereka memeriksa keadaan kolam agar
ikan-ikannya itu bisa hidup semuanya”. Pada kalimat tersebut terdapat kata yang
bermakna jamak yaitu kata “ikan-ikanya” yang dirangkaikan dengan penunjuk jamak
yaitu kata “semuanya”. Hal tersebut tergolong ke dalam pleonasme jenis
ketiga,yakni bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata
lain yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan, seharusnya jika sudah ada kata
yang bermakna jamak tidak boleh dirangkaikan sekaligus dengan penunjuk jamak. Dengan
demikian, kalimat tersebut seharusnya diubah menjadi “mereka memeriksa keadaan
kolam agar ikan itu bisa hidup semuanya”.
Pada
paragraf kedua juga terdapat gejala pleonasme pada kalimat seperti berikut
“Terima kasih cucu-cucuku, kalian-kalian telah memperhatikan kakek”. Pada
kalimat tersebut terdapat penggunaan kata jamak yang dirangkaikan sekaligus
yaitu kata “cucu-cucuku” dan “kalian-kalian”. Gejala pleonasme tersebut ke
dalam jenis yang ketiga, yakni bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang
sama dengan kata lain yang dipakai bersama-sama dalam suatu ungkapan. Oleh
karena itu, seharusnya kalimat itu diubah menjadi “Terima kasih cucuku, kalian
telah memperhatikan kakek”.
3.
Sampel
C
Di
dalam tulisan narasi sampel C terdapat gejala pleonasme. Pada paragraf kedua
terdapat kalimat seperti berikut “karena dekat, aku memutuskan untuk berjalan
kaki”. Pada kalimat tersebut terdapat kata “berjalan kaki”. Gejala pleoname
tersebut tergolong ke dalam jenis yang kedua, yakni dalam suatu ungkapan yang
terdiri atas dua patah kata, kata kedua sebenarnya tidak diperlukan lagi sebab
maknanya sudah terkandung dalam kata yang pertama. Jadi jika sudah
mempergunakan kata “berjalan” tidak perlu menggunakan kata “kaki” karena
berjalan sudah pasti menggunakan kaki. Dengan demikian, kalimat tersebut seharusnya
diubah “karena dekat, aku memutuskan untuk berjalan”.
4.
Sampel
D
Di
dalam tulian narasi sampel D terdapat gejala pleonasme. Pada paragraf pertama
terdapat kalimat seperti berikut “setiap perkataan-perkataan yang mereka
keluarkan sungguh tidak wajar’. Pada kalimat tersebut terdapat penunjuk jamak
yaitu kata “setiap” yang dirangkaikan dengan kata yang brmakna jamak yaitu kata
“perkataan-perkataan”. Hal tersebut tergolong ke dalam pleonasme jenis
ketiga,yakni bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata
lain yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan, seharusnya jika sudah ada
penunjuk jamak tidak boleh dirangkaikan sekaligus dengan kata yang
bermakna jamak. Oleh karena itu,
seharusnya kalimat itu diubah menjadi “setiap perkataan yang mereka keluarkan
sungguh tidak wajar”.
5.
Sampel
E
Di
dalam tulisan narasi sampel E tedapat gejala pleonasme. Pada paragraf terakhir
terdapat kalimat seperti berikut “setelah beberapa menit kemudian, gonggongan
anjing mulai tidak terdengar lagi”. Pada kalimat tersebut terdapat kata “setelah
beberapa menit kemudian” , Hal tersebut tergolong ke dalam pleonasme
jenis yang pertama, yakni jika dua kata atau lebih yang maknanya sama, tidak
boleh digunakan sekaligus dalam suatu
ungkapan. Begitupun dalam kalimat di atas, terdapat dua kata yang bermakna sama
dirangkaikan sekaligus dalam satu ungkapan yakni “setelah” bersinonim dengan
“kemudian”. Oleh karena itu seharusnya
kalimat itu diubah menjadi “setelah beberapa menit. Gonggongan anjing mulai
tidak terdengar lagi”.
6.
Sampel
F
Di
dalam tulisan narasi sampel F terdapat gejala pleonasme. Pada paragraf terakhir
terdapat kalimat seperti berikut “suaranya seolah-olah kayak yang
memanggil-manggil dan meminta pertolongan”. Pada kalimat tersebut terdapat kata
“seolah-olah kayak” , Hal tersebut tergolong ke dalam pleonasme jenis yang
pertama, yakni dua kata atau lebih yang yang sama maknanya dipakai sekaligus
dalam suatu ungkapan. seharusnya jika dua kata atau lebih yang maknanya sama,
tidak boleh digunakan sekaligus dalam
suatu ungkapan. Begitupun dalam kalimat di atas, terdapat dua kata yang
bermakna sama dirangkaikan sekaligus dalam satu ungkapan yakni “seolah-olah”
bersinonim dengan “kayak”. Dengan demikian kalimat tersebut seharusnya diubah
menjadi “suaranya seolah-olah memanggil dan meminta pertolongan”.
7.
Sampel
G
Di
dalam tulisan narasi sampel G terdapat gejala pleonasme. Pada paragraf pertama
terdapat kalimat seperti berikut “meskipun dia sakit hati tapi dia tak bisa
untuk melupakan wanita yang dicintainya”. Dalam kalimat tersebut terdapat kata
“untuk” yang menyebabkan penghamburan kata, seharusnya kata “untuk” dihilangkan
untuk menjaga keefektifan kalimat. Oleh karena itu, kalimat tersebut seharusnya
diubah menjadi “meskipun dia sakit hati tapi dia tak bisa melupakan wanita yang
dicintainya”.
8.
Sampel
H
Di
dalam tulisan narasi sampel H tedapat gejala pleonasme. Pada paragraf kedua
terdapat kalimat seperti berikut “ia sangat kelelahan sekali”. Pada kalimat
tersebut terdapat kata “sangat” dan kata “sekali”, Hal tersebut tergolong ke
dalam pleonasme jenis yang pertama, yakni jika dua kata atau lebih yang
maknanya sama, tidak boleh digunakan
sekaligus dalam suatu ungkapan. Begitupun dalam kalimat di atas,
terdapat dua kata yang bermakna sama dirangkaikan sekaligus dalam satu ungkapan
yakni “sangat” bersinonim dengan “sekali”.
Oleh karena itu seharusnya kalimat itu diubah menjadi “ia kelelahan
sekali”.
9.
Sampel
I
Di
dalam tulian narasi sampel I terdapat gejala pleonasme. Pada paragraf pertama
terdapat kalimat seperti berikut “Hari yang bakal menjadi hari terindah mere.
Pada kalimat tersebut ka berdua”. terdapat kata yang bermakna jamak yaitu kata
“mereka” yang dirangkaikan dengan penunjuk jamak yaitu kata “berdua”. Apabila
ditinjau dari efektivitas kalimat tergolong ke dalam kalimat tidak efektif
karena mengandung gejala pleonasme. Hal tersebut tergolong ke dalam pleonasme
jenis ketiga,yakni bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan
kata lain yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan, seharusnya jika sudah ada
penunjuk jamak tidak boleh dirangkaikan sekaligus dengan kata yang
bermakna jamak. Oleh karena itu,
seharusnya kalimat itu diubah menjadi “Hari yang bakal menjadi hari terindah
mereka”.
10. Sampel J
Di
dalam tulisan narasi sampel J
tedapat gejala pleonasme. Pada paragraf terakhir terdapat kalimat seperti
berikut “kasihan ibu sudah sering sakit-sakitan”. Pada kalimat tersebut
terdapat kata “sering” dan kata “sakit-sakitan”, kata ulang “sakit-sakitan”
sudah menyatakan makna “sering”, jadi tidak boleh ditambah lagi dengan kata
“sering”. Hal tersebut tergolong ke dalam pleonasme jenis yang pertama, yakni
jika dua kata atau lebih yang maknanya sama, tidak boleh digunakan sekaligus dalam suatu ungkapan. Oleh karena
itu seharusnya kalimat itu diubah menjadi “kasihan ibu sudah sering sakit” atau
“kasihan ibu sudah sakit-sakitan”.
11.
Sampel
K
Di dalam tulian narasi sampel K terdapat beberapa
gejala pleonasme. Pada paragraf kedua terdapat kalimat seperti berikut “Sekolah
yang kita banggakan bersama”. Pada kalimat tersebut terdapat kata yang bermakna
jamak yaitu kata “kita” yang dirangkaikan dengan penunjuk jamak yaitu kata
“bersama”. Hal tersebut tergolong ke dalam pleonasme jenis ketiga,yakni bentuk
kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata lain yang dipakai
bersama-sama dalam ungkapan, seharusnya jika sudah ada penunjuk jamak tidak
boleh dirangkaikan sekaligus dengan kata yang bermakna jamak. Oleh karena itu, seharusnya kalimat
itu diubah menjadi “Sekolah yang kita banggakan”.
Kalimat
selanjutnya yang mengandung gejala pleonasme adalah “Kuucapkan rasa terima kasih
yang sangat tulus atau suka duka yang kita jalani bersama selama ini”. Kalimat
tersebut, kasusnya sama dengan kalimat pertama yakni terdapat kata yang
bermakna jamak yaitu kata “kita” yang dirangkaikan dengan penunjuk jamak yaitu
kata “bersama”. Hal tersebut tergolong ke dalam pleonasme jenis ketiga,yakni
bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama dengan kata lain yang
dipakai bersama-sama dalam ungkapan, seharusnya jika sudah ada penunjuk jamak
tidak boleh dirangkaikan sekaligus dengan kata yang bermakna jamak. Oleh karena itu, seharusnya kalimat
itu diubah menjadi “Kuucapkan rasa terima kasih yang sangat tulus atas suka
duka yang kita jalani”.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menulis
merupakan kegiatan mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan menggunakan
media bahasa tulis. Bila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain,
seperti membaca, mendengarkan, dan berbicara, keterampilan menulis merupakan
keterampilan yang paling sulit. Hal itu disebabkan bahwa keterampilan menulis
memerlukan daya berpikir yang keras untuk menghasilkan berbagai gagasan, juga
banyak hal yang harus dipertimbangkan diantaranya ejaan dan tanda baca,
kelogisan kalimat, efektivitas kalimat, dan lain-lain.
Dikaitkan
dengan efektivitas kalimat, pleonasme merupakan salah satu jenis penyimpangan
berbahasa yang mengganggu keefektifan kalimat. Kalimat yang mengandung
pleonasme bisa merubah makna kalimat. Akibatnya, hubungan antara penulis dan
pembaca tidak sinkron. Dengan kata lain, pembaca tidak memahami maksud dan
tujuan yang disampaikan oleh penulis.
Dalam
tulisan narasi siswa Madrasah Aliyah Rohmatul Ummah Kelas X Tahun Ajaran
2012/2013, yang penulis jadikan sebagai sampel untuk bahan penelitian, penulis
menemukan gejala pleonasme di setiap sampel. Hal itu menunjukkan bahwa
kemampuan menulis narasi siswa yang bersangkutan, masih rendah bila ditinjau
dari segi efektivitas. Artinya siswa Madrasah Aliyah Rohmatul Ummah Kelas X Tahun
Ajaran 2012/2013 masih belum bisa menggunakan kalimat yang efektif dalam
mengekspresikan pikiran dan perasaannya dalam bentuk tulisan.
B.
Saran
Berdasarkan
kenyataannya bahwa siswa Madrasah Aliyah Rohmatul Ummah Kelas X Tahun Ajaran
2012/2013 masih belum bisa menggunakan kalimat yang efektif, penulis sarankan
agar staf pengajar khususnya guru yang mengajarkan materi pelajaran Bahasa
Indonesia lebih meningkatkan lagi cara menyampaikan serta menggunakan kalimat
efektif kepada siswa. Baik itu melalui media bahasa tulis, maupun media bahasa
lisan dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur dan Tarigan,
Djago. 1988. Pengajaran Analisis
Kesalahan Berbahasa. Bandung : Penerbit Angkasa.
Badudu, J. Syarif. 1997. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung :
Penerbit Pustaka Prima.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta
: Balai Pustaka.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. jakarta :
Balai Pustaka.
Pateda, Mansoer. 1987. Analisis Kesalahan. Gorontalo : Penerbit
Nusantara Indah.
Titian Ilmu. 2004. Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung : Dewan Redaksi Ensiklopedi
Sastra Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Narasi
http://id.wikipedia.org/wiki/Pleonasme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar